Reaksi
kimia antara bahan bakar dengan oksigen dari udara menghasilkan panas. Besarnya
panas yang ditimbulkan jika satu satuan bahan bakar dibakar sempurna disebut
nilai kalor bahan bakar. Bedasarkan asumsi ikut tidaknya panas laten
pengembunan uap air dihitung sebagai bagian dari nilai kalor suatu bahan bakar,
maka nilai kalor bahan bakar dapat dibedakan menjadi nilai kalor atas dan nilai
kalor bawah.
Nilai
kalor atas (High Heating Value,HHV), merupakan nilai kalor yang
diperoleh secara eksperimen dengan menggunakan bom kalorimeter dimana
hasil pembakaran bahan bakar didinginkan sampai suhu kamar sehingga sebagian
besar uap air yang terbentuk dari pembakaran hidrogen mengembun dan melepaskan
panas latennya. Data yang diperoleh dari hasil pengujian bom kalorimeter
adalah temperature air pendingin sebelum dan sesudah penyalaan. Selanjutnya
untuk menghitung nilai kalor atas, dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Dimana :
HHV =
Nilai kalor atas (kJ/kg)
T1 = Temperatur air pendingin sebelum penyalaan (oC).
T2 = Temperatur air pendingin sesudah penyalaan (oC).
Cv =
Panas jenis bom Kalorimeter (73259,6 kJ/kg oC).
Tkp = Kenaikan temperature akibat kawat penyala (0,005 oC).
Sedangkan nilai kalor bawah dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
Secara teoritis, besarnya
nilai kalor atas dapat dihitung bila diketahiu komposisi bahan bakarnya dengan
menggunakan persamaan Dulong.
Dimana :
HHV =
Nilai kalor atas (kJ/kg).
C =
Persentase karbon dalam bahan bakar.
H2 = Persentase hydrogen dalam bahan bakar.
O2 = Persentase oksigen dalam bahan bakar.
S =
Persentase Sulfur dalam bahan bakar.
Nilai
kalor bawah (Low Heating Value, LHV), merupakan nilai kalor bahan
bakar tanpa panas laten yang berasal dari pengembunan uap air. Umumnya
kandungan hidrogen dalam bahan bakar cair berkisar 15 % yang berarti setiap
satu satuan bahan bakar, 0,15 bagian merupakan hidrogen. Pada proses pembakaran
sempurna, air yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar adalah setengah dari
jumlah mol hidrogennya.
Selain
berasal dari pembakaran hidrogen, uap air yang terbentuk pada proses pembakaran
dapat pula berasal dari kandungan air yang memang sudah ada didalam bahan bakar
(moisture). Panas laten pengkondensasian uap air pada tekanan parsial 20
kN/m2 (tekanan yang umum timbul pada gas buang) adalah sebesar 2400
kJ/kg, sehingga besarnya nilai kalor bawah (LHV) dapat dihitung berdasarkan
persamaan berikut:
Dimana :
LHV = Nilai kalor bawah (kJ/kg)
M =
Persentase kandungan air dalam bahan bakar (moisture)
Dalam
perhitungan efisiensi panas dari motor bakar, dapat menggunakan nilai kalor
bawah (LHV) dengan asumsi pada suhu tinggi saat gas buang meninggalkan mesin tidak terjadi
pengembunan uap air. Namun dapat juga menggunakan nilai kalor atas (HHV) karena
nilai tersebut umumnya lebih cepat tersedia. Peraturan pengujian berdasarkan
ASME (American Society of Mechanical Enggineers) menentukan penggunaan
nilai kalor atas (HHV), sedangkan peraturan SAE (Society of Automotive Engineers)
menentukan penggunaan nilai kalor bawah (LHV).
0 komentar:
Post a Comment